Kompetensi: berlaku kompeten, kemampuan.
Riset dan pelatihan ICA selama 30 tahun telah melahirkan banyak konsultan-fasilitator di seluruh dunia. Mereka ini sangat menguasai dan mempraktekan langsung seni dan pengetahuan tentang fasilitasi kelompok yang dinamis dan praktis. Di beberapa negara, para praktisi tersebut telah bertahun-tahun melakukan fasilitasi konsultasi masyarakat untuk membantu organisasi, lembaga/dinas pemerintahan bahkan terkadang perusahaan besar secara bersama-sama memecahkan persoalan yang mungkin telah berakar selama beberapa generasi. Para fasilitator ini kemudian memberikan pelatihan kepada orang lain mengenai seni dan pengetahuan tentang partisipasi. Sebagian dari lulusannya dan perancang pelatihan di ICA kemudian bergabung dengan perwakilan dari para konsultan setempat untuk merancang organisasi baru: International Association of Facilitators (IAF). Salah satu agenda IAF adalah pernyataan tentang kompetensi khusus (spesifik) yang diperlukan dalam fasilitasi yang partisipatif. Sejauh ini para anggota telah mencatat beberapa kompetensi yang mereka identifikasi berdasarkan pelatihan dan pengalaman mereka sendiri. Kelompok fasilitator di lokasi yang berbeda menghasilkan daftar keterampilan yang berbeda, dan daftar tersebut kemudian dilebur dengan daftar keterampilan tradisional fasilitasi. Hasil akhirnya adalah pernyataan mengenai multi-keterampilan yang dibutuhkan oleh seorang fasilitator. Ini akan menjadikan dasar bagi ICA maupun IAF untuk mengevaluasi seorang calon fasilitator dalam prosesnya menjadi pakar dalam bidang fasilitasi. Dari sekumpulan data yang ada, mulai bisa terlihat gambaran besarnya, dan gambaran ini lebih bermakna dari sekedar daftar ”apa yang harus dapat dilakukan” oleh seorang fasilitator. Yang kemudian muncul dari proses awal tersebut adalah resep untuk menciptakan partisipasi budaya, bentuk hadirnya bidang studi baru, sebuah paradigma bagi hubungan manusia-dengan-manusia dan mungkin sebagaimana yang dikatakan oleh seorang penganutnya, ”pelatihan yang dibutuhkan oleh para politisi yang baru terpilih sebelum mereka bertugas”. Untuk informasi keanggotaan International Association of Facilitators, silahkan hubungi Sherwood Shankland, IAF Membership Task Force, 4910 Briar Street, Fairfax, Virginia 22032 USA.
Kompetensi 1: Menguasai Metode
Fasilitator efektif dalam menggunakan metode-metode inti.
Seorang fasilitator kompeten dalam merancang dan memandu proses dan kegiatan kelompok kecil atau yang lebih besar: percakapan atau diskusi, pertemuan, lokakarya, konferensi, ulasan lingkungan, sesi perencanaan strategis, atau program konsultasi makro. Dibalik semua itu diperlukan pengenalan penuh proses untuk menyusun dan mengurutkan pertanyaan yang mengantarkan kelompok mulai dari pertanyaan yang hanya menyentuh permukaan sampai ke kedalaman topik bersangkutan. Diperlukan kemampuan untuk membedakan proses dari isi, serta ketajaman untuk memutuskan metode mana yang paling tepat bagi kebutuhan klien. Lebih dari sekedar mengetahui tahapan dalam sebuah metode, fasilitator juga harus memiliki pemahaman yang dalam mengenai kerangka dasar fasilitasi, dimana pemahaman tersebut akan dapat membedakan antara tehnik semata dengan metode yang mendasarinya. Sebagai hasilnya, fasilitator akan bisa bersikap fleksibel dalam menghadapi kemungkinan yang ada.
Kompetensi 2: Mampu memberikan apa yang diminta
Fasilitator secara cermat memelihara hubungan dengan klien dan melakukan persiapan secara menyeluruh
Seorang fasilitator sebaiknya mampu memahami organisasi kliennya. Hal ini termasuk memahami bagaimana menyusun program yang sesuai dengan situasi klien, dan bagaimana cara mendapatkan kontrak dan menyelesaikan pekerjaan sesuai kontrak. Ini juga berarti keberanian mengatakan ”tidak” jika merasa bahwa fasilitasi bukan merupakan solusi yang tepat atau fasilitasi tidak akan berhasil. Arti lain adalah mempersiapkan semua aspek menyangkut sebuah program jauh-jauh hari. Yang teramat penting adalah memberikan penjelasan sejelas-jelasnya mengenai tujuan spesifik dari kegiatan – baik tujuan rasional maupun pengalaman – dan merancang komponen kegiatan untuk merealisasikan tujuan tersebut. Yang perlu diperhatikan adalah pengalokasian waktu yang tepat untuk setiap bagian program, penyusunan pertanyaan kunci yang akan dibahas oleh kelompok, secara seksama mempelajari situasi dan kebutuhan klien, serta secara seksama memilih ruangan/tempat yang strategis untuk acara tersebut.
Kompetensi 3: Sebagai petugas kebersihan sekaligus pengatur irama
Seorang fasilitator menggunakan waktu dan tempat secara tepat
Pemilihan tempat yang bagus saja tidaklah cukup bagi penyelenggaraan suatu kegiatan. Fasilitator harus tahu bagaimana bisa menciptakan suasana yang mendukung kegiatan. Jika tidak ada penjaga yang membersihkan ruangan, maka fasilitatorlah yang harus membersihkannya, dan terkadang pada saat istirahat tetap menjaga kebersihan ruangan untuk memastikan suasana ruangan tetap mendukung kegiatan. Sangatlah penting untuk mengetahui cara pengaturan ruang yang terbaik sehingga mendukung proses serta kegiatan kelompok. Hal ini berarti memeriksa ruangan sebelum acara dan memastikan tersedianya dinding yang bisa menampung data dan grafik. Ini berarti juga mengatur meja dan kursi agar komunikasi bisa berjalan baik dan terciptanya partisipasi langsung yang maksimal. Arti lainnya adalah mahir menyesuaikan dekorasi yang ada untuk diselaraskan dengan suasana kegiatan dan memperlancar komunikasi.
Fasilitator juga harus berfungsi sebagai pengatur irama bagi kelompok; merasakan ritme seperti apa yang paling disukai pada waktu-waktu mana; menyesuaikan kecepatan kegiatan untuk memanfaatkan ”energi” kelompok; membagi waktu yang tersedia untuk menyelesaikan pekerjaan sekaligus menuntaskannya tepat waktu. Fasilitator harus tahu cara menyela untuk meredakan ketegangan dengan melemparkan lelucon. Atau bahkan bisa menggunakan musik atau apa saja yang bisa membuat kelompok merasa santai. Terakhir, fasilitator tahu pentingnya memberikan kebebasan bagi kelompok untuk menggunakan waktu dan menyelesaikan tugas sehingga mereka dapat mengambil keputusan.
Kompetensi 4: Si Pembangkit
Seorang fasilitator mahir dalam membangkitkan partisipasi dan kreativitas.
Lebih dari sekedar metodologist, fasilitator harus juga berperan sebagai si pembangkit, berpegang pada keyakinan bahwa setiap kelompok memiliki kebijakan dan kreativitas dan dibutuhkan dalam menghadapi segala situasi. Yang diperlukan hanyalah kemampuan untuk membangkitkan iklim partisipasi. Fasilitator tahu cara membangkitkan kebijakan yang tersembunyi dalam kelompok melalui katalisasi partisipasi setiap orang dan mengajak kelompok bertanggunggungjawab atas keputusannya sendiri. Kemampuan menciptakan iklim yang kondusif bagi kelompok untuk berpatisipasi dan berkreasi membutuhkan keahlian fasilitator, terutama untuk bisa membangkitkan kebijakan kelompok. Disinilah kekuatan gaib fasilitator sangat dibutuhkan. Ketrampilan khusus yang diperlukan adalah dalam penyusunan konteks yang mampu mengumpulkan dan memfokuskan pandangan-pandangan kelompok menuju topik yang spesifik dan pertanyaan kunci.
Fasilitator sebaiknya mampu mendapatkan respon terbaik kelompok dengan mengajak kelompok berimajinasi, mendorong kelompok untuk memberikan respon yang berani bahkan liar. Sebagian peserta akan butuh waktu untuk menuliskan jawabannya, begitu juga bagi sebagian yang agak lambat berpikir sehingga mereka punya waktu untuk menyusun pendapatnya. Fasilitator harus bisa mendapatkan semua data kelompok melalui curah pendapat. Memaksimalkan partisipasi merupakan intisarinya. Pemimpin akan melibatkan seluruh anggota kelompok; mencari cara untuk mengundang mereka yang diam agar terlibat dan mendorong setiap orang untuk berperan aktif dalam mengorganisasikan data yang terkumpul menjadi sesuatu yang bermakna dan bernama.
Kompetesin 5: Menegaskan Kembali
Seorang fasilitator bersikap menghargai kelompok dan mendukung kebijakan kelompok.
Kemampuan menyelaraskan keragaman pendapat dalam kelompok lebih merupakan sebuah bakat daripada keterampilan, dan lebih daripada apa yang diperlukan dalam sekedar mencari kesepakatan. Yang diperlukan tidak hanya metodologi, tapi juga pemahaman dasar mengenai kehidupan dan kebijakan mutlak serta kebesaran setiap manusia. Hal ini memerlukan sikap mental yang kokoh, selalu berpikiran positif terhadap suatu situasi, dan terbiasa untuk memberikan jawaban ”ya” terlebih dahulu sebelum menjawab ”tidak”.
Seorang fasilitator tahu bahwa sebuah metode akan berhasil jika menonjolkan kebijakan masing-masing individunya, menghargai data/ pendapat yang terkumpul dari kelompok dan mengakui keberhasilan penyelesaian kerja kelompok. Ini bukan sekedar prinsip yang bersifat abstrak. Dalam prakteknya, ini memerlukan kemampuan dan kesiapan untuk mendengarkan secara cermat ucapan-ucapan peserta, untuk menerima kebisuan dengan penuh pengertian, untuk menjaga kontak mata dengan pembicara, serta untuk mencatat pendapat/pandangan individu secara harfiah. Hal tersebut juga memerlukan kemauan untuk fokus pada apa yang diucapkan oleh individu, bukan pada apa yang akan diucapkan oleh fasilitator. Sisi lain dari menghargai seorang peserta adalah kesiapan untuk menggali kejelasan jawaban sehingga pendapat/pandangan sebenarnya dari peserta dapat terungkap.
Kompetensi 6: Berada dalam posisi netral
Seorang fasilitator harus mampu menjaga obyektifitasnya.
Peran utama dari seorang fasilitator adalah untuk memberikan obyektifitas pada proses kelompok. Sementara di satu sisi peran fasilitator lebih seperti seorang konduktor orkestra yang ingin menghasillkan musik kelas dunia, sisi lainnya lebih mirip wasit yang tidak memihak yang sadar akan pentingnya memelihara sikap netral terhadap apa yang akan dihasilkan oleh kelompok. Seorang fasilitator akan mengenyampingkan pendapat pribadinya atas pendapat kelompok, bersikap hati-hati untuk tidak memberikan reaksi negatif terhadap pendapat orang lain, serta menjaga untuk tidak terpengaruh dengan data yang dihasilkan kelompok. Sikap netral ini mencakup kemampuan untuk meredam kritik, kemarahan dan frustasi dengan sikap tidak menantang jika energi kelompok dirasakan memuncak.
Kompetensi 7: Sebagai Antena
Seorang fasilitator terampil dalam membaca dinamisasi yang terdapat dalam kelompok
Seorang fasilitator terlatih untuk merasakan dinamisasi dalam kelompok. Secara khusus, fasilitator ahli dalam menerjemahkan kebisuan kelompok, mengidentifikasi tujuan-tujuan dan agenda tersembunyi individu, dan tidak hanya mampu merasakan keraguan kelompok untuk hal-hal tertentu tapi juga mampu mengambil langkah untuk menjernihkannya. Cekatan dalam mengambil petunjuk-petunjuk verbal, seorang fasilitator mendengarkan dengan ”telinga ketiga” untuk memahami arti dibalik ucapan seorang peserta. Dari sisi aktif, fasilitator fasih dalam mendorong data frasa yang terdengar negatif hingga muncul maksud yang mendasarinya serta mengubah jawaban yang tidak jelas hingga terkuak maksud yang sebenarnya.
Kompetensi 8: Pemain Orkestra
Seorang fasilitator mengorkestrakan pertunjukan drama
Yang terpenting dalam pelibatan komitmen kelompok pada proses adalah dengan membangun hubungan yang harmonis dengan peserta. Fasilitator membangun hubungan tersebut sejak awal, menciptakan ”icebreaker” yang membuat kelompok merasa santai. Dan kemudian, ketika kelompok mengalami naik turunnya suasana hati, fasilitator berinisiatif untuk merubah waktu dan suasana hati secara sadar agar hasil tercapai, tahu kapan harus menceritakan pengalaman pribadi agar kelompok menjadi santai, dan bijaksana dalam menggunakan humor sebagai pencair suasana. Selain bakat-bakat tersebut, fasilitator juga harus sensitif untuk tahu kapan kelompok perlu istirahat, kapan irama pelatihan/diskusi perlu diubah, kapan sebuah proses mencapai titik kritisnya sehingga perlu penjelasan, kapan kelompok perlu berusaha keras - jika perlu - untuk mencapai terobosan baru.
Kompetensi 9: Fungsi Pelancar
Seorang fasilitator menghilangkan hambatan proses
Seorang fasilitator tahu cara-cara kreatif untuk menghilangkan hambatan dalam proses. Hal tersebut membutuhkan sentuhan khusus untuk secara halus dapat meredam percakapan di luar topik. Dibutuhkan cara yang cerdik dan bijaksana untuk mencegah pendapat yang bertele-tele dan argumentasi, untuk mencegah dominasi individu tertentu, untuk menghadapi mereka yang cenderung “sulit” dihadapi dan untuk membantu menyelesaikan konflik.
Bilamana dibutuhkan, fasilitator dapat mengajukan permohonan maaf kepada publik jika memang kelompok menginginkan hal tersebut, serta melakukan apapun yang diperlukan agar proses berjalan lancar. Dalam situasi yang sulit, fasilitator harus mampu untuk membawa kembali keputusan yang sulit kepada kelompok sehingga kelompok dapat mempertanggungjawabkan proses mereka sendiri.
Kompetensi 10: Bagai Berjalan Di Atas Kawat
Seorang fasilitator cekatan dalam menyesuaikan dengan perubahan situasi
Fasilitasi itu bagaikan berjalan diatas kawat. Satu keterampilan lagi selain yang telah digambarkan didepan adalah kemampuan fasilitator untuk menyesuaikan diri dengan perubahan keadaan. Fasilitator tahu cara untuk menyeimbangkan proses di satu sisi dan hasil dari proses tersebut di sisi lain; untuk setiap saat menyelaraskan kebutuhan peserta dengan tuntutan tugas keseluruhan. Hal ini didasarkan pada pemahaman yang mendasar bahwa proses untuk mendapatkan hasil adalah sama pentingnya dengan hasil itu sendiri. Jika sesuatu yang tidak diharapkan terjadi maka diperlukan kegesitan mental ditambah dengan kemampuan untuk berpikir dan mengambil keputusan dengan cepat, serta untuk menggunakan metode secara fleksibel. Dalam situasi tertentu yang tidak diharapkan, bekerja mengikuti intuisi dapat membedakan antara keberhasilan dan kegagalan.
Kompetensi 11: Tanggungjawab yang besar
Seorang fasilitator bertanggungjawab atas perjalanan kelompok
Memfasilitasi sebuah proses bagi sebuah organisasi bagaikan mempersiapkan sekantung penuh cara untuk menyibukkan peserta selama satu atau dua hari. Fasilitator sebaiknya cukup matang untuk mengemban tanggungjawab, tidak hanya untuk proses namun juga untuk keseluruhan tugas peserta dan hasil dari kegiatan tersebut. Hal ini mencakup kesediaan untuk menerima beban berat dalam mempertanggungjawabkan setiap aspek program, mampu menggunakan ambiguitas dengan memanfaatkan kecerdasan seseorang untuk mengambil keputusan nyata dan menerima konsekuensi dari keputusan tersebut. Ini memerlukan disiplin diri yang kuat dan dasar agama yang juga kuat.
Kompetensi 12: Bentuk fisik laporan
Seorang fasilitator mampu menyusun dokumentasi yang baik
Hasil kerja kelompok yang baik – dalam bentuk catatan dokumentasi pandangan kelompok – adalah dasar dari fasilitasi. Dengan bantuan petugas dokumentasi yang ditunjuk untuk memasukkan data dan keputusan kelompok sekaligus merekam proses, para peserta dapat memperoleh salinan produk sebelum mereka pulang. Yang diperlukan adalah kemampuan untuk dapat mencatat semua data yang dihasilkan kelompok dan keterampilan menggunakan program komputer, mesin tik dan mesin foto copy untuk menghasilkan data-data akhir dan dokumen.
Menyusun laporan verbal yang baik, yang merekam makna dan implikasi program dimana dalam situasi tertentu berani mempertahankan kesimpulan kelompok (khususnya keputusan yang mengundang kontroversi) bukanlah keterampilan fasilitator yang bisa dianggap enteng.
Kompetensi 13: Model Acuan Kelompok
Seorang fasilitator menunjukkan profesionalisme, percaya diri dan apa adanya.
Pembinaan citra diri yang profesional, percaya diri, dan gaya pribadi serta cara berpakaian yang baik merupakan aset penting bagi seorang fasilitator. Namun yang lebih penting lagi adalah kesediaan untuk berperan sebagai model acuan kelompok. Fasilitator menerima peran apapun yang dikehendaki kelompok sebagai citra hidup kepercayaan diri diantara tugas-tugas yang dilakukannya.
Baik saat bekerja sendirian ataupun sebagai co-fasilitator dengan beragam tim fasilitasi, seorang fasilitator bisa memilih bersikap serius, seakan menembus kedalaman teka-teki yang belum diketahui; atau bisa sebagai pembawa keceriaan, menciptakan suasana santai bagi mereka yang enggan berpartisipasi; atau bisa menjaga jarak, menyebabkan kelompok harus mewakili pandangannya sendiri; atau bisa bersikap tertutup, membagi pengalaman untuk menjelaskan situasi peserta saat ini. Dengan bersikap netral dan mampu mengalahkan keinginan pribadi, fasilitator benar-benar bebas melakukan apapun yang diperlukan oleh keadaan untuk menyingkap potensi asli individu.
Selain itu, fasilitator tetap harus berusaha memberikan pesan-pesan sebagai seorang fasilitator. Sambil turut bergembira dengan keberhasilan kelompok, fasilitator biasanya hanya berbicara berdasarkan pengalamannya dan lebih memilih diam daripada memberikan ”nasehat yang baik” namun bukan merupakan pengalaman pribadi.
Kompetensi 14: Pilar Besi Kebebasan
Fasilitator memelihara integritas pribadi
Terakhir, seorang fasilitator tahu rahasia memelihara integritas pribadi; dan tahu cara melihat kemurnian proses serta cara menghadapi penolakan, permusuhan, dan kecurigaan; tahu cara melupakan sakit hati pribadi; dan tahu cara melakukan pembaharuan diri untuk kepentingan menghadapi klien baru berikutnya.
(sumber : Technology of Participation by LGSP – USAID)